PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Judul Penelitian :
Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan menggunakan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Banjarsari
B. Latar Belakang
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah sesuatu proses penyampaian maksud atau isi hati pembicara kepada orang lain (lawan bicara) dengan menggunakan saluran tertentu. Maksud komunikasi dapat berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan, atau penyampaian informasi tentang suatui peristiwa.
Salah satu bahan pengajaran bahasa yang terdapat dalam kurikulum adalah pengajaran sastra, yang saat ini masih dikelompokkan ke dalam bahan mengajar bahasa dan sastra Indonesia. Strategi pengajaran sastra yang hendak digunakan seyogyanya didasarkan pada pendekatan yang paling serasi serta mendukung hakikat dan tujuan pengajaran sastra. Tujuan pengajaran sastra tidak lain agar siswa memperoleh pengalaman dan memperoleh pengetahuan bersastra. Usaha ke arah kemampuan siswa merespon pembelajaran sastra, tentu diperlukan rangsangan-rangsangan yang diciptakan guru dalam proses belajar mengajar. Sastra merupakan pengalaman dan bukan informasi, dengan demikian siswa harus secara langsung dilibatkan di dalamnya, bukan hanya memandang dari luar saja.
Salah satu aspek yang diajarkan dalam pembelajaran sastra adalah menulis puisi. Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang dirasa, atau apa yang dipikirkan dalam bahasa yang indah yang mengandung bahasa kiasan, dan berkonotasi. Kemampuan menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran menulis sastra yang diajarkan di kelas.
Keterampilan menulis puisi wajib dikuasai oleh siswa. Tujuannya adalah agar siswa dapat mengkespresikan pikiran, perasaaan, pengalaman, dan imajinasinya melalui kegiatan menulis puisi secara kreatif. Proses pengimajinasian atau pengembangan pengalaman lahir dan batin merupakan awal dari proses kreatif. Proses kreatif tersebut kemudian dilanjutkan dengan pengekspresian imajinasi ke dalam rangkaian kata-kata yang disebut dengan istilah puisi
Berdasarkan kenyataan hasil pengamatan dan observasi sementara di kelas VIII A SMP Negeri 1 Banjarsari, pembelajaran Bahasa Indonesia (bahasan Sastra) dalam hal ini pembelajaran menulis puisi kurang mencapai hasil yang maksimal, baik dari segi minat maupun dari segi hasil proses pembelajaran yang diterapkan. Salah satu faktor utama rendahnya kemampuan menulis puisi ini adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi ini menggunakan metode ceramah. Padahal metode ceramah menuntut konsentrasi yang terus menerus, membatasi partisipasi siswa,sehingga siswa akan merasa jenuh dan bosan. Setelah itu siswa diberi tugas untuk membuat puisi, minggu berikutnya tugas itu dikumpulkan.
Dengan metode seperti itu siswa merasa tertekan, sehingga siswa sulit dalam menemukan ide, dan akhirnya siswa merasa kesulitan dalam menulis puisi. Berangkat dari permasalahan tersebut, yang mulanya menggunakan metode ceramah, maka peneliti mencoba untuk menerapkan Strategi Kontekstual Teaching and Learning dalam pembelajaran menulis puisi.
Atas dasar pemikiran tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian (penelitian tindakan kelas) dengan judul” Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Strategi Kontekstual Teaching and Learning pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Banjarsari”.
Adapun alasan-alasan yang mengakibatkan peneliti beranggapan bahwa Pembelajaran menulis puisi sekarang ini dirasakan kurang mendapat perhatian dari siswa. Mereka seakan tidak merasa antusias bahkan terlihat rasa keengganan untuk berpuisi, hal ini mungkin disebabkan karena mereka kurang terbiasa untuk berapreasiasi yang melibatkan aspek akal, rasa, dan ketrampilan. Selain daripada itu pelaksanaan pembelajaran lain masih kurang menuntut hal seperti itu. Pada umumnya pembelajaran dilaksanakan dengan pola guru memberikan segalanya kepada siswa dan siswa tinggal menerima konsep yang sudah jadi, tinggal mendengar, mencatat, memahami, dan mengingatnya. Karena ketidakbiasaan tersebut, pembelajaran puisi yang menuntut kreativitas menjadi sesuatu yang menuntut usaha lebih dari siswa. Atau mungkin pula belum tumbuhnya kesadaran guru dan siswa akan peran berpuisi yang bisa mengembangkan IQ, EQ, dan SQ. Hal ini ditandai bahwa kebanyakan siswa (atau bahkan guru) enggan untuk berperan aktif dalam kegiatan yang menuntut penampilan, baik berpidato, berpuisi, atau bahkan bernyanyi. Bukankah bernyanyi pada hakekatnya adalah berpuisi dengan iringan nada ? Karena apa terjadi demikian? Biasanya yang terjadi adalah karena masalah sepele, yaitu tidak biasa dan tidak membiasakan berkomunikasi, sehingga yang tumbuh adalah rasa rendah diri, pemalu, dan rasa takut salah. Padahal salah adalah bagian dari belajar, tidak ada pembelajaran tanpa kesalahan, dan tidak pernah salah adalah cirinya tidak belajar. Dengan berpuisi (menulis dan mengkomunikasikan) siswa akan terlatih dalam menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan berkreasi (kreativitas) melalui kegiatan eksplorasi, inkuiri, penalaran, dan komunikasi. Padahal, menurut teori belajar mutakhir (Peter Sheal, dalam Erman, 2004: 7) mengemukakan bahwa belajar yang paling bermakna hingga mencapai 90 % adalah dengan cara melakukan-mengalami dan mengkomunikasikan. Agar pembelajaran sesuai dengan prinsip tersebut, materi pelajaran haruslah disesuaikan dan diangkat dari konteks aktual yang dialami siswa dalam kehidupannya.
Di sinilah guru dituntut untuk membelajarkan siswa dengan memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara guru memulai pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya-jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian diarahkan melalui modeling agar siswa termotivasi, questioning agar siswa berfikir, constructivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konsep dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa bisa mereviu kembali pengalaman belajarnya, serta authentic assessment agar penilaian yang diberikan menjadi sangat objektif. Pembelajaran dengan sintaks seperti ini (Depdinas, 2002) menyebutnya dengan istilah Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, TL). Dengan pola CTL tersebut di atas, yang bisa memfasilitasi keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar yang tinggi, diharapkan kemampuan kreativitas siswa pada pembelajaran berpuisi, dalam arti menulis dan mengkomunikasikan hasil puisinya, menjadi meningkat. Sehingga siswa merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya masing-masing, yang pada gilirannya nanti minat belajar meningkat, siswa belajar dengan antusias, dan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Kata implementasi pendekatan kontekstual sebagai variabel bebas (idependen, stimulus) di atas mengandung pengertian pelaksanaan, jadi penulis akan melaksanakan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai unsur inovasi dalam pembelajaran. Peningkatan kemampuan kreativitas sebagai variabel tak bebas (dependen, respons, terikat) dimaksudkan sebagai unsur solusi masalah yang terjadi di lapangan (kelas nyata), sedangkan berpuisi sebagai variabel perantara (intervening) dimaksudkan adalah menulis puisi dan mengkomunikasikannya.
C. Rumusan Masalah
Bila kita pikirkan secara mendalam setiap masalah pada hakekatnya kompleks. Mengingat kompleksitas permasalahan, maka tidak mungkin kita selidiki seluruhnya. Oleh karena itu masalah perlu dibatasi agar lebih jelas dan mudah menelitiannya.
Masalah penelitian yang menjadi fokus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan menggunakan model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Banjarsari” Untuk memudahkan penelitian, rumusan masalahnya dituangkan dalam bentuk pertanyaan berikut:
1. Berapa besarkah peningkatan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan strategi contekstual teaching and learning pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Banjarsari?
2. Adakah perubahan sikap siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Banjarsari terhadap pembelajaran menulis puisi setelah mengikuti pembelajaran melalui strategi contekstuan teaching and learning?.
D. Tujuan dan Masalah Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Strategi Contekstual Teaching and Learning pada Siswa Kelas VIII A di SMP Negeri 1 Banjarsari
Sistem belajar dengan Strategi Contekstual Teaching and Learning yang kondusif dan atraktif, perencanaan metode pembelajaran untuk menunjang pembelajaran bahasa Indonesia sehingga mampu menumbuhkan sikap emosional, sosial, dan intelektual yang positif, maka pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan lebih efektif dan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang akhirnya tujuan pendidikan diharapkan dapat tercapai.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :
1. Ingin mengetahui seberapa besar peningkatan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran menulis puisi dengan strategi contekstual teaching and learning pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Banjarsari.
2. Ingin mengetahui perubahan sikap siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Banjarsari terhadap pembelajaran menulis puisi setelah mengikuti pembelajaran melalui strategi contekstual teaching and learning.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan inovasi baru dalam hal pembelajaran baik bagi perorangan maupun bagi lembaga. Secara khusus manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa :
a. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian siswa.
b. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa.
c. Memberikan pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
2. Bagi Guru :
a. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan strategi contektual teaching and learning.
b. Mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan lingkungannya.
3. Bagi Lembaga :
Memberikan kontribusi yang positif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran.
F. Kajian Teori
1. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. Rusyana (Hasani, 2005:1) menyatakan bahwa wujud pengutaran sesuatu secara tersusun dengan mempergunakan bahasa disebut karangan.
Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca
Menurut Hasani (2005:2) menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktifdan ekspresif, sehingga penulis harus mampu memanfaatkan kemampuan dalam menggunakan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata.
2. Puisi
Puisi pada hakikatnya teori puisi mengomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi.(Badrun 1989:2). Puisi berhubungan dengan pengalaman (Perrinel 1988:512). Beberapa sastrawan telah mencoba memberi definisi sebagai berikut: (1) Puisi adalah seni peniruan, gambar bicara, yang bertujuan untuk mengejar kesenangan, (2) Luapan secara spontan perasaan terkuat yang bersumber dari perasaan yang terkumpul dari ketenangan (3) Puisi adalah lahar imajinasi yang menahan terjadinya gempa bumi, (4) puisi adalah ekspresi konkrit dan artistik pemikiran manusia dalam bahasa yang emosional yang berirama, (5) Puisi adalah pengalaman imajinatif yang bernilai dan berarti sederhana yang disampaikan dengan bahasa yang tepat, (6) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat menafsirkan dalam bahasa berirama. Altenbernd (1970:2) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) ( as the interpretive dramatization of experience in metrical language). Maksud pengertian diatas adalah bahwa pendramaan di sini adalah orang penyair mengubah atau menceritakan pengalaman melalui puisi engan bahasa yang terstruktur. Pengalaman itu dapat berupa pengalaman menyedihkan, menyenangkan, dan mengharukan.
Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Dari pengertian tersebut bahwa puisi dibuat seindah mungkin baik dilihat dari dari bahasa, susunan dan keindahan secara umum. Carlyle berkata, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musical. Dalam perkataan tersebut bahwa pemikiran yang bersifat musikal yaitu irama, bunyi, yang ada dalam puisi tersebut serasi dan mempergunakan orkestasi bunyi. Wordswoth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataanperasaan yang imajinatif yaitu perasaan yang direkaan atau diangankan. Berdasarkan pengertian tersebut puisi dapat sebagai ungkapan seseorang / perasaan yang dirasakan baik itu secara langsung ataupun tidak secara langsung. Kemudian Shelly mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita.Misalnya saja peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesediaan karena kematian. Jadi di sini dapat dikatakan sebagai ungkapan baik itu ungkapan kesedihan ataupun berupa kesenangan yang terekam dalam pikiran kita.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman yang ditulis secara sistematik dengan bahasa yang puitis. Kata puitis sudah mengandung keindahan yang khusus untuk puisi.
Disamping itu puisi dapat membangkitkan perasaan yang menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas atau secara umum menimbulkan keharuan.
3. Pembelajaran Menulis Puisi
Menulis merupakan suatu proses, maka pembelajaran menulis puisi dilakukan secara bertahap-tahap sampai menciptakan hasil yang memuaskan. Utami Munandar (1993) menyimpulkan ada empat tahap dalam proses pemikiran kreatif untuk menulis puisi. Diantaranya adalah:
a. tahap persiapan dan usaha
b. tahap inkubasi atau pengendapan
c. tahap iluminasi
d. tahap verifikasi.
Pada tahap persiapan dan usaha seseorang akan mengumpulkan informasi dan data yang dibutuhkan. Makin banyak pengalaman atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai masalah atau tema yang digarapnya, makin memudahkan dan melancarkan pelibatan dirinya dalam proses tersebut.
Tahap inkubiasi atau pengendapan, setelah semua informasi dan pengalaman yang dibutuhkan serta berusaha dengan pelibatan diri sepenuhnya untuk menimbulkan ide-ide sebanyak mungkin, maka biasanya diperlukan waktu untuk mengendapkan semua gagasan tersebut, diinkubasi dalam alam prasadar.
Tahap iluminasi, akan mencoba mengekspresikan masalah tersebut dalam puisi. Tahap selanjutnya adalah tahap verifikasi yaitu penulis melakukan penilaian
secara kritis terhadap karyanya sendiri. Verifikasi juga dapat dilakukan dengan cara membahas atau mendiskusikannya dengan orang lain untuk mendapatkan masukan bagi penyempurnaan karya tersebut maupun karya selanjutnya.
Setelah menyimak tahap-tahap yang disampaikan oleh Utami Munandar, penulis menyederhanakan sebagai berikut:
1) Tahap prakarsa
Tahap prakarsa merupakan tahap pencarian ide untuk dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa puisi. Ide-ide dapat berupa pengalaman-pengalaman seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah-masalah tertentu. Di samping itu ide dapat dicari dari sesuatu yang langsung dilihat. Makin banyak orang mempunyai ide, makin mudah untuk menulis puisi.
2) Tahap Pelanjutan
Tahap ini merupakan tahap tindak lanjut dari tahap pencarian ide setelah seseorang mendapatkan ide-ide dari berbagai sumber dan cara,kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan ide-ide tersebut menjadi sebuah puisi. Dalam tahap pelanjutan ini, setelah dikembangkan kemudian direvisi, karena manusia tidak akan lepas dari kesalahan.
3) Tahap Pengakhiran
Adapun puisi yang diajarkan siswa adalah puisi transparan yang merupakan bentuk puisi sederhana atau dapat disebut dengan puisi diaphan. Di samping itu dalam latihan penulisan puisi ini tidak hanya untuk mempertajam pengamatan dan meningkatkan kemampuan bahasa , akan tetapi siswa diharapkan dapat memperoleh minat segar yang muncul dari kedalaman puisi itu sendiri.
Adapun cara membina siswa agar mereka dapat menulis dengan baik adalah :
• Memanfaatkan model atan teknik. Dalam pemanfaatan model mungkin siswa diperkenalkan atau diperlihatkan puisi yang mudah dipahami dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya jelas. Apabila guru tersebut dengan menggunakan teknik guru berusaha mencari teknik yang cocok oleh siswa tersebut.
• Unsur-unsurnya
Dalam pembelajaran menulis puisi, sebelum siswa mulai menulis dijelaskan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam puisi.
• Kebakatannya.
Kebakatan siswa perlu diketahui oleh guru, kemudian bakat itu diarahkan dan dikembangkan dengan teknik-teknik tertentu.
4. Prestasi Belajar
Hasil dari suatu proses pendidikan, yakni output pendidikan adalah kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Output pendidikan yang berkualitas dapat dilihat apabila prestasi sekolah khususnya prestasi belajar siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi, baik prestasi akademik, maupun prestasi non akademik.
Prestasi belajar siswa merupakan tingkat prestasi yang dicapai dari hasil belajar siswa, Makmun (1985:16) menjelaskan bahwa :
“Prestasi belajar adalah kecakapan nyata atau aktual ability, yang menunjukkan pada kecakapan segera dapat didemonstrasikan dan diuji sekarang juga, karena merupakan hasil usaha yang bersangkutan dan diuji bahan dan dalam hal tertentu yang telah dijalaninya.”
Sehubungan dengan hal tersebut, maka Ali (1991 : 10) mengemukakan beberapa prestasi belajar sebagai berikut :
a. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diukur. Untuk mengukur perubahan tingkah laku tersebut dapat digunakan tes prestasi belajar.
b. Prestasi menunjukkan kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai pelaku.
c. Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya baik berdasarkan kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh panitia atau ditetapkan menurut sumber yang dicapai menurut kelompok.
d. Prestasi belajar menunjukkan kepada hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari.
Dari pendapat di atas, prestasi belajar ini menjadi petunjuk bagi guru mengenai ketercapaian tujuan pendidikan oleh siswa di lembaga pendidikan tersebut sekaligus sebagai bahan untuk melakukan bimbingan terhadap siswa, baik yang mengalami kesulitan belajar, maupun yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu prestasi belajar yang dicapai siswa dapat juga memberikan gambaran mengenai kinerja sekolah maupun produktivitas sekolah.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Berbahasa Siswa
Hal ini didasarkan atas pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yang dijelaskan oleh Sukardi (1983 :30) yaitu sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, faktor-faktor itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu :
a. Faktor internal, ialah faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi termasuk fisik maupun mental atau fisiko fisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar.
b. Faktor eksternal, ialah faktor yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan social dan lingkungan alamiahnya.
Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah merupakan hasil kinerja dari seluruh unsur manajemen sekolah.
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui suatu kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, harga diri, minat, dan watak. Jelasnya menyangkut segala perubahan tingkah laku seseorang secara positif, baik dimensi kognitif, afektif, maupun psikomotor, sehingga belajar dapat dikatakan sebagai rangkaian kegiatan untuk menuju perkembangan dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Maka dapat dikatakan bahwa, “Terjadinya proses pembelajaran itu apabila seseorang menunjukkan ‘tingkah laku yang berbeda’ atau dapat menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ke tingkat anilitas yang lain” (Sadirman, 2000 : 23). Ini berarti bahwa hasil belajar yang diinginkan dari siswa itu berupa munculnya perubahan perilaku.
6. Pendekatan Contekstual teaching and learning
a. Pengertaian Contektual Teaching and Learning
1. Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
2. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
b. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
c. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
3. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan masyarakat belajar
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
d. Tujuh Komponen CTL
1. Konstruktivisme
• Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
• Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
• Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman
• Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
• Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
• Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
• Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar
• Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri
• Tukar pengalaman
• Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
• Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar
• Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
• Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
• Mencatat apa yang telah dipelajari
• Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
• Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa
• Penilaian produk (kinerja)
• Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
e. Karakteristik Pembelajaran CTL
• Kerjasama
• Saling menunjang
• Menyenangkan, tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif
• Sharing dengan teman
• Siswa kritis guru kreatif
• Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
• Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan praduga atau kesimpulan sementara yang perlu diuji kebenarannya melalui suatu penelitian. Perumusan hipotesis perlu memilih yang menurut dugaan paling besar kemungkinannya untuk dibenarkan oleh data.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ha : Ada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model contektual teaching and learning
Ho : Tidak Ada peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan model contektual teaching and learning
2. Ha : Ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran contektual teaching and learning
Ho : Tidak ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran contektual teaching and learning
H. Rencana dan Prosedur Penelitain
1. Setting penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di kelas VIII A SMP N 1 Banjarsari. Rencana pelaksanaan penelitian ini pada minggu kesatu bulan Maret sampai dengan minggu ketiga bulan Maret 2010.
2. Prosedur Penelitian adalah berupa penelitian tindakan kelas dengan alur Kegiatan :
Berdasarkan alur kegiatan di atas, tahapan penelitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam menulis Laporan perjalanan
b. Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana Program Pembelajaran, Lembar Kegiatan Siswa, soal tes, angket, lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program pembelajaran. Pengambilan atau pengumpulan data hasil angket, lembar observasi dan hasil tes.
d. Observasi, Refleksi, dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya. Hasil analisis dapat dijadikan kesimpulan dari penelitian ini.
I. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan Maret
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1. Perencanaan
2. Persiapan
3. Pelaksanaan tindakan I
4. Pengolahan data
5. Pelaksanaan tindakan II
6. Pengolahan data
7. Penyusunan laporan
J. Rencana Anggaran
No
Kegiatan
Biaya
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8. Atk
Pengadaan buku sumber
Pengadaan LKS
Konsumsi
Transportasi
Honor observer
Pengetikan dan penggandaan
Dokumentasi Rp 250.000
Rp 250.000
Rp 50.000
Rp 100.000
Rp 250.000
Rp 200.000
Rp 250.000
Rp 100.000 Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang berjumlah 38 orang
J u m l a h Rp 1.450.000
K. Personalia Penelitian
Ketua : Aris Wahyu, S.Pd.
Anggota : 1. Drs. Syaefpudin Zuhri
2. Dedi Hernadi S.Pd. MM.
3. Ii Sumiati, S.Pd.
4. Dra. Surdati
L. Daftar Pustaka
Wardani, Igak. 2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional
Waluyo, Herman J.1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta : Erlangga
Poerwadarminta; W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : PN Balai Pustaka
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Prestasi Pustaka
Suganda, Elia. 2003. Konsep Dasar dan Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Kuraesin, Nunung. 2003. Model Pembelajaran CTL. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
1 komentar:
trims mas,ats bhan PTK'y,ini sgt mmbntu sy tuk mnylsaikan tgas kuliah sy...:)
Posting Komentar